Di satu senja yang kelabu, aku sedang bersiap untuk pulang ke peraduan. Kumasukkan satu persatu lembar perkamen coklat penuh goresan pena, tanda bahwa hari ini banyak sekali hal yang kupelajari dari Sensei. Sore itu, perguruan Heisei sepi dan gelap, mungkin karna diluar langit sudah semakin muram, seperti ingin menangis.
Aku berjalan melewati lorong panjang, di kiri-kananku berjejer kelas2, satu dua orang berpapasan denganku, mereka tersenyum, aku pun balas tersenyum. Ketika hendak melangkahkan kaki keluar perguruan. Seorang gadis memanggil namaku "Riichaan!", sontak aku pun menoleh kebelakang. Gadis manis itu setengah berlari menghampiriku. Dia sedikit terengah namun masih bisa tersenyum. "Ada apa?", tanyaku padanya. Dia tidak berkata apa2 dan meraih tanganku, memberikan sekotak besar bingkisan yang dibalut kain bercorak indah. Aku menatapnya bingung. "Lho? ini...untukku?", tanyaku tidak yakin. Gadis itu tersnyum kembali, manis. Dia mengangguk dan berkata, "Terima kasih ya Riichan untuk ini.." jarinya menunjuk sebuah bintang biru yang mengikat rambut sebahunya rapi. "Aku suka sekali lho, kamu kok tau aku sedang menginginkan ini? hehe.. aku pasti bakal sering memakainya..", lanjutnya dengan wajah tersipu. Aku kembali tersenyum, 'ah, betapa polosnya gadis ini..' pikirku. Gadis itu merogoh sebuah bandul dari sakunya, dia berkata "Wah, ternyata sudah sore ya, tampaknya akan hujan, Riichan aku pulang duluan ya?". Aku mengangguk sambil tersenyum, "Ya.. dan sekali lagi terima kasih ya untuk ini.." Aku sedikit mengangkat bingkisan besar itu. "Apapun ini, pasti akan kujaga baik-baik", kataku sambil menatap mata gadis itu. Gadis itu kembali tersenyum, lagi, aku merasa senyumnya manis sekali. Lalu dia melambaikan tangan dan berlari ke arah teman-temannya yang sedari tadi menunggu. "Sampai jumpa besok", seru ku padanya. Aku berbalik dan berjalan menuju tempat peristirahatan kuda, menghampiri kuda merahku yang sangat setia menungguku disana. Aku kembali tersenyum lebar sambil mendekap bingkisan itu.
Diluar masih hujan, sepertinya hari ini langit sedang banyak masalah. Tangisannya deras sekali. Aku teringat bingkisan besar dari gadis itu. Kubawa bingkisan itu ke atas meja kecil di paviliun ku. satu persatu kubuka bungkus kain yang membalut bingkisan itu. Betapa terkejutnya aku mendapati empat ekor kelinci merah muda tertidur didalamnya. Nyenyak sekali. Mereka terbalut oleh selimut putih, wajah mereka sangat polos, sepolos wajah si Pemberinya. Disamping empat kelinci itu, kudapati sepucuk surat, terikat pita berwarna saga. Kubaca perlahan surat itu, aku tersentuh oleh kalimat terakhir di surat itu. 'Tetap tersenyum Riichan, semangat! :)'. Kugenggam erat surat itu, perlahan aku berkata setengah berbisik "Ya Allah, terima kasih sudah memberikanku seorang sahabat sebaik dia, aku sungguh bahagia". Aku rapikan kembali bingkisan itu, ku angkat empat kelinci itu perlahan, mereka terbangun dan tersenyum. Senyum yang sama manisnya dengan si Pemberi. Ku elus mereka perlahan, "Mulai hari ini, akan kujaga kalian baik-baik". Mereka kembali tertidur. Kuselimuti kembali mereka dengan selimut putih lembut. Aku pun ikut merebahkan diri disamping mereka, sambil memikirkan si Pemberi Bingkisan. Ya, gadis itu, yang namanya mengingatkanku pada sebuah gurun pasir besar di benua Amerika. Semoga kebahagiaan selalu bersama gadis itu. Aku menutup mataku perlahan, tak lama setelah itu aku terlelap. Dalam tidurku, aku bertemu kembali dengan gadis itu, aku tidak ingat apa yang kami lakukan dalam mimpiku, yang aku ingat hanya senyum manisnya, yang selalu membuatku merasa nyaman.
Ditemani Kipas dan deru motor,
Jakarta, Wisma Anisa
08.21 a.m
24/04/2012
P.S: Untuk seseorang dengan bintang biru di rambutnya, semoga semua impianmu menjadi kenyataan :)
-- Kisah Aku dan Dia~ Gadis Senja --
Selasa, April 24, 2012 |
Label:
Short Stories
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar