Aku gak tahu kenapa aku tiba-tiba sudah ada di depan laptop dan bersiap untuk memencet tuts tuts keypad ‘Reca-chan’ , si leppie terkasih. Di otakku hanya ada satu keinginan untuk cepat-cepat menulis kisah tentang mereka sebelum semuanya menguap dalam hitungan jam. Ya, mereka yang ketika aku sedang mandi tadi tiba-tiba terpikirkan. Mereka yang selama ini adalah cas-an paling ampuh ketika spirit untuk hidup semakin menipis. Mereka yang selalu pertama kali diingat ketika serangan super badmood datang.
Aku jadi ingat kalo besok adalah hari Minggu, rasanya ingin sekali aku memiliki Doraemon yang punya pintu kemana saja jadi aku bisa pulang ke Bandung, ketempat itu. Tempat paling bersejarah di Kircon, Markas bermain sedari SMP. Seharian ini aku berguling-guling di kamar karena keinginanku untuk bisa berada di Bandung tidak terlaksana. “Hari Senin harus presentasi Semantics, tapi aku ingin pulang ke Banduung, pokoknya pulaang, pulaaang!!” rasanya aku sudah seperti anak kecil yang merengek-rengek minta dibelikan jajanan tapi gak bisa. Karena capek berguling-guling, akhirnya aku duduk di kasurku yang nyaman, yang sering aku sebut ‘Kasur Setan’ karena selalu membuat orang tertidur kalo sudah diam disitu. Aku mengambil guling dan memeluk benda empuk itu, kuletakkan daguku diatas guling yang nampaknya terlihat menderita karena kupeluk erat sekali. “Kenapa ya besok udah tanggal 8 Juli lagi..?” tanyaku lirih, entah kepada siapa pertanyaan itu aku ajukan. Aku meraih Hanphone yang sedari tadi menjadi saksi sikap kekanak-kanakanku, memilih option yang sudah tidak asing lagi, menuà talatah (pesan)à talatah masuk (inbox). (Oh iya, HP ku ini berbeda dengan HP pada umumnya, dia berbahasa Sunda, hehe). Disana terdapat sederetan SMS dari sahabatku si seksi Jarkom, Ian. ‘Ta, besok kan ultah KCHE yang ke 6, kita mau ngumpul di rumah Than, kamu bisa datang ga?’ dan aku baru saja membalasnya seperti ini,’Ga bisa Yan, aku ada presentasi hari senin.. Huwaa aku pengen ikuut tapi!!’ . Haduu, galau deh hatiku baca sms itu lagi. Akhirnya daripada bete gak puguh aku putuskan untuk tidur sajah.
Dalam tidurku, aku memimpikan mereka, orang-orang yang sudah enam tahun terikat dalam sebuah persahabatan yang sederhana, KCHE. Aku memimpikan masa ketika kami masih dikatakan ‘Puber’, dimana seragam putih-biru dongker masih melekat setiap hari. Di dalam mimpiku, aku sedang berjalan melewati jalanan PSM yang tidak rata, menuju gang kecil yang berkelok-kelok hingga sampai di depan sebuah rumah bertingkat dua. Aku berdiri didepan rumah itu dan memanggil nama seseorang, “Iaaaann~~”. Lalu, dari dalam rumah itu terdengar suara seseorang, “Iaan, eta aya babaturan nyamper”, tak lama setelah itu terdengar suara ‘gedebuk, gedebuk’ orang yang menuruni tangga. Dan pintupun terbuka, sesosok gadis berambut panjang sepunggung menyambutku tersenyum,”Sok masuk dulu Ta, yang lain belum pada dateng uy..”. Aku duduk di kursi yang memanjang, cukup untuk tiga orang. Lalu Ian duduk disebelahku, memakai sepatu. Tak lama berselang, dua gadis dengan seragam yang sama persis denganku muncul dari belokan gang yang berlawanan arah, yang satu kurus dengan rambut panjang melewati bahu, dan seorang lagi berbadan agak berisi, rambutnya dikuncir kuda. “Tuh si Irma sama Intan, mana si Atun?” tanya Ian pada kedua gadis itu. “Tadi pagi si Atun masih nyuci waktu aku sms, trus aku sms barusan lagi dia bilang lagi di jalan katanya” tutur Intan. Baru saja diomongin eh orangnya datang, “Ih maap aku telat tadi nyuci dulu..”, kata atun sambil setengah berlari menghampiri kami, rambutnya yang mirip Maria Bellen yang di kuncir satu itu ikut bergerak naik turun. “Yaudah atuh hayu berangkat” kata Irma sambil merapikan rambutnya. Ketika kami satu-persatu keluar melewati pagar, seketika semuanya menjadi gelap. Aku terbangun, mengerjap-ngerjapkan mata dan terdiam sejenak, “Ko mimpiin mereka ya..”.
Karena bosan, aku memutuskan untuk menonton video di laptopku. Video satu tahun lalu di sebuah tempat teduh di depan tempat pariwisata terkenal di Bandung, Kawah Putih. Aku ingat video ini dibuat ketika KCHE berulang tahun yang kelima, kami memutuskan untuk merayakannya di Ciwidey. Dengan berbekal nasi kardus, kue ulang tahun dengan lilin super gede buat mati lampu, dan kado untuk acara tuker kado nanti, kami berangkat dengan menaiki dua mobil APV. Aku khusyuk sekali memperhatikan satu demi satu wajah-wajah yang tidak asing itu. Sesekali tertawa dan kadang berkaca-kaca. ‘Aku kangen banget ma kaliaan...’
Geng KCHE, begitulah kami menjuluki diri sendiri dengan bangga. Kami terkenal sebagai kelompok yang paling sering telat dan telatnya pasti barengan ketika SMP. KCHE singkatan dari ‘Kiaracondong Crewz’ yang harusnya ditulis KC, tapi karena takut ketuker dengan singkatan salah satu SMP di Bandung yaitu ‘Kartika Chandra’ jadi kami rubah penulisannya menjadi ‘KCHE’ juga biar agak gaul dikit. KCHE terdiri dari 16 remaja puber yang beraneka ragam dan kita selalu bermain di markas umum yaitu Rumah Intan. Anggota KCHE terdiri dari si tuan rumah yang dari dulu ampe sekarang cerewetnya gak berkurang yaitu Intan, Si seksi jarkom super baik hati Ian, si Ibu seksi konsumsi yang dewasa Renny, si gokil yang bercita-cita ingin jadi pendiam Atun, si kalem super kreatif Friska, si gaul dan modis Irma, Dessy yang selalu menangis ketika tertawa, Tya yang dulu suka Amar dan sekarang jadi religi, gadis paling cool dan bisa bikin orang lain kabur dengan lirikan mautnya Desti, si Childish yang cinta banget sama Kang-in Suju Eli, Ila yang suka banget cerita dan super rame, cowo yang ngakunya cakep dan kembarannya Se7en Ache, Gege yang dulu pendiem sekarang berubah jadi ‘bisa ngomong’, Bayu yang ‘Monyet’ abis dan hobi makan pisang, Hafidz si DJ ‘tukang cuci piring’ yang suka banget One Piece, dan aku yang entah seperti apa diriku di mata mereka.
KCHE itu, meski terdiri dari orang-orang aneh berbeda kepribadian, tapi selalu saja kompak ngumpul di rumah Intan, meski ujung-ujungnya kita cuma ngobrol, ber ‘haha’ ‘hihi’ gak jelas, nonton dan pasti masak bareng. Kalo udah ngumpul, kita berisik banget, untung rumah Intan kosong jadi udah berasa rumah milik pribadi, haha. Kita bisa ngobrolin apa aja, mulai dari cerita-cerita jaman SMP, cerita mereka yang udah punya pacar, boyband korea, band jepang, anime, gosip gak penting ampe kamasutra pun bisa jadi topik bahasan. Kadang kalo lagi ngumpul juga gak semuanya selalu bareng ngobrol di satu tempat. Sering ada kalanya pada asik sendiri, para korean lovers sibuk bertransaksi dan wara-wiri ngobrolin video korea terbaru. Irma dan Ache yang suka narsis foto diri sendiri. Bayu, Gege ma Hafidz yang asik ngulik gitar ato gerak-gerak aneh kayak lagi maen drum sambil nyetel musik, Intan dan Renny yang sibuk di dapur, Tya dan Ila dan Friska yang suka ngobrol-ngobrol dan Atun yang gak bisa diem menclok kesana kesini.
Dulu waktu aku kelas satu SMA aku gak punya banyak temen deket, maklum udah kompak banget di KCHE jadinya asa agak susah buat jadi diri sendiri di SMA. Makanya kalo lagi stres berat pasti deh ngajakin ngumpul KCHE dan menumpahkan semua stres disitu. Makanya KCHe ituh udah kayak casan energi buat aku. Kalo aku lagi sedih, yang pertama aku sms in pasti nak KCHE. Kalo lagi bareng mereka, aku bebas mau jadi diri aku sendiri, karena aku gak usah takut kalo ada yang gak suka ke aku dan ngomongin aku di belakang. KCHE gak pernah ngejelek-jelekin sahabatnya dibelakang, yang ada juga langsung diomongin didepan orangnya. Mau kita senyebelin apapun, pasti diterima di KCHE. Karena mereka adalah orang-orang yang menerima setiap kepribadian apa adanya.
Jujur, aku belajar banyak ketika bersama KCHE. Aku belajar untuk memahami setiap individu yang beda-beda sifatnya, dan yang paling penting, aku belajar mengenai ketulusan. Sekalipun salah satu dari kita tiba-tiba hilang kabarnya, pasti kita cariin, pasti tetep kita sms in meski sms kita gak pernah dibalas ma orang itu. Bagiku, belum ada sahabat yang sampai setulus itu mau berusaha untuk tetap bersama-sama. Di KCHE, gak ada yang lebih kaya, lebih pintar, lebih gaul ataupun lebih lebih lainnya. Kita sama, sama-sama belajar, sama-sama mencari jati diri, sama-sama saling mengisi. Kalaupun memang ada konflik, pasti ujung-ujungnya tetap baikan, karena tahu kita saling membutuhkan. Makanya aku gak pernah merasa khawatir akan ditinggalkan disini.
Aku satu-satunya yang kuliah diluar Bandung, aku selalu sedih kalau ketika mereka ngumpul aku gak bisa datang. Bahkan aku sangat kesal karena gak bisa hadir di acara ulang tahun mereka. Tapi meski aku jarang ada, tapi aku tau mereka gak akan pernah melupakanku. Karena kalau ada acara apapun, aku pasti dijarkomin, walau mereka tau aku gak mungkin bisa hadir. Bahkan mereka menelponku untuk memberitahu kalo mereka lagi ngumpul dan mereka bilang sangat ingin aku ada disana. Aku sayang banget sama mereka, sungguh..
Sudah tujuh tahun sejak kita pertama kali berikrar untuk jadi sahabat. Sudah tujuh tahun terlewati dan kita masih bersama. Ketika persahabatan diluar sana mulai retak tak ada hitungan tahun, kita tetap bertahan. Ketika kabar buruk menerpa salah satu dari kita, namun kita tetap percaya. Ketika diluar sana dunia menolak, namun kita tetap menerima. Itulah kita, KCHE, sekumpulan orang yang bersahabat dengan sederhana. Bukan karena persamaan ataupun perbedaan, tapi karena kita saling membutuhkan. Sekalipun salah satu dari kita pergi jauh dan hilang kabarnya, tapi jika dia ingin kembali masih ada tempat untuknya. Karena kita seperti puzzle yang akan lengkap jika semuanya hadir.
Mungkin, nanti kita akan terpisah-pisah, menjalani takdir masing-masing, meraih mimpi-mimpi yang berbeda-beda jalannya. Namun, aku gak khawatir. Karena nanti kita pasti akan bertemu di satu titik yang sama. Karena sejauh apapun kita melangkah, kita gak akan pernah lupa tempat kita memulai. Karena ikatan hati itu gak akan pernah putus, selama kita masih memiliki keinginan untuk ‘bertemu’.
Aku menulis kisah sederhana ini bukan untuk dipamerkan ataupun dipuji. Aku menulisnya hanya karena sebuah perasaan sederhana yang ingin kalian tahu betapa berharganya kalian dalam hidupku. Persahabatan kita memang sederhana, sesederhana rasa manis gula. Namun, kesedehanaan itulah yang membuatku menyadari satu hal. ‘Persahabatan tanpa pamrih’ itulah yang aku rasakan. Seperti manisnya gula, begitupula kenangan diantara kita akan selalu terasa manis untuk diingat. Gak cuma dalam ingatan ataupun jepretan foto, tapi di ukir dengan tinta unlimited yang sekali cetak gak akan pernah terhapus selamanya. Semoga kalian pun merasakan seperti yang aku rasakan. I Love You, always.. My Precious Friends.. :D
“Kamu sangat berarti, istimewa dihati, selamanya rasa ini.. Jika tua nanti kita telah hidup masing-masing, Ingatlah hari ini..” –Project Pop-
P.S : Teruntuk mereka yang dengan mengingatnya saja bisa membuatku tersenyum, arigato ya udah terlahir di dunia ini dan menjadi orang yang spesial untukku..
0 komentar:
Posting Komentar