RSS

The Power of Khusnuzhon

Pernahkah kamu berpikir untuk selalu melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang baik dan mempercayai takdir yang Allah berikan padamu? Dulunya aku nggak percaya karena aku merasa Allah jarang sekali benar-benar mengabulkan permohonanku. Tetapi, semenjak aku mengikuti seleksi beasiswa dari Sampoerna Foundation, semuanya berubah! Ternyata, asal kamu percaya, Takdir Allah itu selalu menjadi yang terbaik untukmu.^^
10 Juni 2009, di pinggir jalan....
        Hari itu hujan gede banget, mana motor temen aku mogok! Udah becek, kehujanan, nggak ada ojek pula,eh tiba-tiba ada telpon dari no yang nggak dikenal.  ‘Siapa sih?’ tanyaku dalam hati. “Halo?”, aku menjawab telpon di pinggir jalan  sambil menggigil kedinginan. Dari seberang sana terdengar jawaban, suara seorang perempuan,”Selamat sore, ini dengan Rita Herliani? Saya dari Sampoerna Foundation, bla bla bla..” karena lagi bete plus aku lagi di pinggir jalan jadi suaranya nggak terdengar jelas, yang terdengar cuma “Anda lolos seleksi tahap pertama beasiswa Sampoerna Foundation...” aku tertegun ‘eh?serius?’ dan aku masih tertegun sampai orang itu bilang “Selamat ya..” . Pada saat itu seakan-akan suara derasnya hujan sekejap tak terdengar. Aku benar-benar masih nggak percaya, Sampoerna Foundation yang mengadakan seleksi beasiswa untuk fullboard dan aku lolos seleksi awal! Waaa, senang banget tapi agak ragu juga mau ke Jakarta atau nggak ya?

(Masih) 10 Juni 2009, di rumah..
        Aku menceritakan soal telepon tadi ke mama. Lha, malah beliau yang seneng plus maksa aku buat ikutan tesnya. Aku bilang kalau aku ragu, takut nggak punya temen disana. Lagian mau pake apa kesana? Kan nggak ada ongkosnya. Mama berkata,”Udah,pergi aja! Soal ongkos mah gampang, Mama ntar yang cari.. kamu percaya aja sama diri kamu sendiri, ini kesempatan tau!”. Haduuh Mama bikin terharu aja , akhirnya ku putuskan untuk mengikuti seleksi tersebut. Nah, masalahnya aku belum ada persiapan sama sekali, akhirnya pake sistem SKS (Sistem Kebut Seminggu) juga. Seminggu kemudian aku pergi ke Jakarta setelah “olab” (pusing+mual) karena belajar bahasa Inggris nonstop selama satu minggu.

22 Juni 2009, Wisma Makara, UI Depok...
         Aku menginap dan menjalani tes di Wisma Makara UI. Waktu pertama kali datang, orang yang pertama kali aku temui adalah Synta dari Bali. Ketika dia bilang mau duluan, di tas yang dia gendong ada tulisan “Kejuaraan Nasional Fisika”, waah keren sekali.. aku bisa nggak ya menjalani tes ini dengan baik?
        Ternyata di asrama UI itu satu kamar diperuntukkan bagi satu orang peserta, aku kira satu kamar itu untuk dua orang. Nah, karena aku datang kesana sama Papa, tapi karena itu adalah asrama perempuan jadi papa dilarang masuk makanya aku jadi bingung mau ngapain lagi setelah beres-beres. Akhirnya aku putuskan untuk berjalan-jalan saja keliling asrama. Ditengah jalan-jalan, aku bertemu dengan Devita dari Ciamis, Isti dari Jogja dan Ismi dari Bekasi. Setelah mengobrol sebentar, kita putuskan untuk pergi makan siang bersama-sama. Tadinya kita sempet khawatir mau dikasih makan apa ya? Atau jangan-jangan kita disuruh ‘ngelintingin’ (menggulung) rokok dulu baru dikasih makan? (hehe, becanda) Tapi ternyata kita mendapat kupon makan gratis per-orang untuk makan pagi-siang-malam selama tiga hari. Waah, hidupku benar-benar sangat makmur disini.^^

Hari pertama tes...
        Hari pertama tes sangat berbahaya bagi tubuh. Kenapa? Karena tesnya tertulis di ruangan ber-AC full kiri-kanan-atas-depan-belakang! Dari jam 08.00 – 17.00 sore dan benar-benar melelahkan karena hampir seharian duduk di ruangan ber-AC full dingin banget, bisa terkena wind enter nih, (hehe, becanda lagi). Tadinya aku merasa gugup banget, tapi aku percaya kalo aku pasti bisa mengerjakan tes tersebut karena Allah selalu ada di sampingku dan memberiku ketenangan untuk mengerjakan soal.^^
        Magrib menjelang isya, karena aku lupa bawa sajadah, jadi tadi sempet minjem dulu sama Indah dari Blitar. Jadi sekarang aku dalam perjalanan menuju kamarnya. Dia menginap di kamar no.25 sementara aku di kamar no.3, jadi bisa dibayangkan kan betapa jauhnya perjalanan ini,, (lebay,,) dan aku disana malah jadi bercurhat-curhat ria bersamanya. Tanpa terasa waktu pun bergulir, sudah jam 10 malam! Akhirnya aku putuskan untuk kembali ke kamarku. Ketika menuju kamar, aku merasa lorongnya menjadi semakin panjang dan sepi sekali, membuat suasana menjadi sedikit horor. Maklum agak paranoid dengan suasana hening. Karena takut, aku berlari menuju kamar, tapi sebelnya, kunci kamar aku tuh sekali dikunci susah dibuka. Jadi bingung juga. Akhirnya kuputuskan untuk memanggil ‘kuncen’nya saja, yaitu Devita. “Vi, udah tidur belom? Bukain pintu kamar aku dong..” aku mengetuk-ngetuk pintu kamar Devita yang berada di kamar no.2. Tak lama kemudian dia keluar dan membukakan pintu kamarku. Entah kenapa pintu itu cuma nurut sama Devita saja. Hmm..  

Hari Kedua tes...
        Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok. Satu kelompok terdiri dari 5 orang peserta. Kelompok ini nantinya akan menjalani tes bersama-sama berupa diskusi kelompok dan mengajar di sekolah khusus untuk anak jalanan! Waa, seumur hidup aku yang belum pernah mengajar ini langsung dihadapkan pada anak jalanan, agak ketar-ketir (cemas) juga nih.>o<
        Ada orang yang lucu di kelompokku, namanya Feri dari Jember. Dia cukup tinggi dan berkulit lumayan hitam, sepintas wajahnya cukup mirip Glenn Fredly. Dia berasal dari SMK jurusan listrik. Jadi begini ceritanya, setelah diskusi kelompok rencananya kita akan ada wawancara panel dengan menggunakan bahasa Inggris. Sementara menunggu giliran berdiskusi, dia cerita kalau dia pikir wawancara panel itu adalah wawancara yang ngomongin panel listrik! Haduuh, dia benar-benar menghapal semua urutan panel listrik itu sampai bela-belain minjem buku sama gurunya. (hehe) Padahal kan wawancara panel itu adalah wawancara dengan 2 orang juri atau lebih. Lalu obrolan beralih seputar tes mengajar keesokan harinya. Kita semua tentu gugup sekali, terutama Feri. Untuk membuatnya nggak terlalu gugup aku bilang gini ke dia,”Udah nggak usah gugup, anggap ajah muridnya itu monyet”. Eh dia malah menjawab,”Kalo mereka monyet berarti aku ini gurunya monyet dong?”. Wah aku benar-benar kehilangan kata-kata gara-gara pertanyaan dia yang satu ini. Aku cuma bisa tertawa.^^
        Setelah menjalani diskusi kelompok yang menyenangkan, hari ini juga kita harus menjalani wawancara panel. Bedanya wawancara panel ini dilakukan perorangan dan diadakan di siang hari. Dari waktu selesai diskusi kelompok ke wawancara panel ada jeda sekitar 4 jam. Akhirnya kita putuskan untuk memanfaatkan waktunya untuk mengambil biaya penggantian ongkos yang ternyata melebihi ongkos yang seharusnya. Alhamdulillah..^^ . Setelah itu, kita putuskan untuk kembali ke kamar masing-masing. Ternyata aku malah ketiduran! Sudah hampir jam 2, waktu untuk wawancara panel. Aku jadi terburu-buru menuju kesana. Sepertinya hari ini memang hari sialku, kan waktu terburu-buru itu aku sempet hampir kesasar di Wisma Makara, terus kejeduk lentera yang di lorong menuju tempat wawancara plus ditertawakan oleh staff yang kebetulan ada disitu. Waa, malu nya.. Lalu ketika wawancara kan harusnya pakai bahasa Inggris, tapi aku malah keceplosan ada bahasa sundanya. Haduh haduh.. Jurinya sampai tertawa jadinya..>o<
        Setelah selesai wawancara, aku bertemu dengan kelompoknya Ismi di depan ruangan dan jadi ikut nimbrung disitu. Kelompok Ismi terdiri dari orang-orang yang unik dan cukup aneh,yaitu: Ismi dan Synta yang ternyata gokil juga dan dilengkapi oleh tiga orang cowok yang unik. Mereka adalah Multika Lega Problema dengan kekhas-an namanya yang benar-benar sangat tidak pasaran, Muhammad Zakaria dan Indra Umbara dari banten. Sebenarnya ada cerita lucu dari M.Zakaria, dia bilang ada temannya yang dengan sewenang-wenang mengartikan namanya, gini cerita temannya: Kan ‘Zakar’ tuh artinya ‘itu’ (alat kelamin cowok) terus ‘Ria’ itu artinya suka pamer. Jadi Zakaria= Suka pamer ‘itu’. Haha, nama bagus-bagus ko jadi begitu. Kalau Indra lain lagi ceritanya, kadang aku suka heran kalau melihat dia. Pagi sampai siang penampilannya sangat rapi, rambut lurus kelimis dengan baju batiknya, benar-benar calon guru sejati. Tetapi kalau malam dia berubah menjadi seorang rocker! Rambutnya sampai mencuat ke atas kayak abis kesetrum , haduh haduh sebenarnya calon guru macam apa dia ini? Tapi memang sungguh unik. Malamnya dia membuat gebrakan dengan merayakan ulang tahun seseorang yang bernama Firzie. Tapi rame juga, senang sekali kayaknya didoakan oleh teman-teman sesama peserta dan para staff penyeleksi.
        Selain orang-orang unik dari kelompoknya Ismi, aku juga berhasil mendirikan Oka fans club bersama Devita, Shopia dari Garut dan Anais dari Sukabumi. Berawal dari pertanyaan aneh Anais ketika aku mengajak Devita untuk mandi bareng.  Nais bilang,”Jadi kalian mau pagosok-gosok (saling mengosok) gitu?”. Aku dan Devita merasa aneh dan nanya balik “pagosok-gosok apa ai km?”. Anais jadi salting karena merasa pertanyaannya konyol. Dia jadi semakin ngalor-ngidul,”itu bisi we (kalau aja) mau pagosok-gosok pake sabun apa gitu yang ijo-ijo bau..”. Tapi tetap kita tanggepin dia dan makin ngalor ngidul obrolan kita, “Yee, enak ajah! apaan sih sabun ijo-ijo bau?” tanya Devita. “Umm, apa ya? Lupa..” Nais garuk-garuk, masih muter-muter kepala, eh otak! Kebetulan disitu Shopia nyeletuk,”Soka, boka, apaa gitu,, gak inget..” aku dan Devita masih berpikir keras. Nais jadi kayak dapat pencerahan gitu,”Iya! Oka! Namanya sabun Oka!!” Lalu kita serentak tertawa, nggak jelas apa yang diketawain tapi katanya berisik sampai ujung lorong. Nah, dari situ kita bikin kesepakatan, kalau kita bertemu satu sama lain harus manggil ‘Oka’, yang lupa bilang bakal digetok dan aku udah kena getok 3x nih. Kita juga janji kalau kita lolos seleksi kita bakal bawa sabun Oka dari rumah masing-masing.^^

Hari terakhir tes...
        Hari terakhir tes adalah hari yang paling berkesan, soalnya kita akan ngajar anak jalanan! Peserta dibagi menjadi 2 kelompok besar, ada yang akan mengajar di sekolah yang ada di Plumpang dan ada juga yang mengajar di sekolah MasTer (masjid Terminal) di Depok. Kelompokku mendapat giliran mengajar di sekolah MasTer. Pagi itu, ketua kelompokku yaitu Andika Amri wajahnya sudah ‘mengkereng-kereng’ (berwajah pusing) adanya. Dia duduk di pojokan aula, sambil merem dia bilang ‘Kekuatan otaak!’ (hahaha, emang Jimmy Neutron), sebenarnya nggak gitu juga sih.. tapi terlihat seperti itu. Karena kasihan, aku dekati dia dan mencoba memberinya semangat, “Ayo Leader, semangat! Kita pasti bisa ko.. kalau gugup ntar kita bantu untuk mencairkan suasana deh,,”. Dia sepertinya masih merasa khawatir sih, tapi setidaknya dia sudah bisa tersenyum.^^
        Ternyata mengajar anak jalanan itu nggak seseram yang aku bayangkan sebelumnya. Memang agak susah juga untuk meraih perhatian mereka dan mereka cenderung lebih cerewet daripada anak pada umunya,tapi mereka benar-benar punya niatan untuk belajar kok.^^ Tadinya aku sempat merasa nervous juga, tapi aku yakin kalau aku pasti bisa. Ternyata proses yang kami alami sangat menyenangkan, mereka adalah murid yang cerdas. Kita juga sempat bermain games bersama. Yang paling membuat bahagia adalah ketika waktu untuk mengajar telah habis, mereka berkata,”Makasih banyak ya, Kak...” dengan wajah yang ceria. Waah, benar-benar suntikan motivasi untuk menjadi guru deh.
        Sekolah MasTer berada tepat dibelakang Mall Depok yang mewah, sungguh ironis memang. Sekolah ini, yang sebagian kelasnya terbuat dari gerbong-gerbong bekas pengangkut barang ini didirikan oleh Pak Nurrohim yang bukan sarjana pendidikan sama sekali. Dia berkata alasan kenapa dia membangun sekolah ini adalah agar anak jalanan dan anak PSK (Pekerja Seks Komersial) bisa belajar disini dan dia berhasil mewujudkan impiannya! Keren sekali.. setiap kata-kata beliau benar-benar membuatku terharu. Beliau yang bahkan bukan seorang jutawan saja bisa begitu berjasa bagi negara, sementara Presiden saja mungkin tidak menyadari keberadaannya. Hal yang lebih keren lagi adalah lulusan sekolah ini ada yang masuk ke UI, ITB dan UNPAD lho! Subhanallah...padahal ‘mereka hanya anak jalanan dengan kurikulum KBK (Kurikulum Berbasis Kebutuhan) dan menjadi SPD (Sarjana Penuh Derita) tapi karena usaha mereka lah sebuah keajaiban bisa tercipta’ (Nurrohim,2009). Sejak saat itulah aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku nggak bisa menyerah terhadap mimpi yang selama ini aku kejar. Pak Nurrohim saja bisa mewujudkan impiannya dengan percaya pada Allah, aku juga bisa!
        Sebenarnya aku nggak yakin bisa lolos seleksi beasiswa ini atau tidak, tapi aku disadarkan oleh kata-kata Shopia, “Sekalipun kita nggak lulus tapi aku udah sangat bersyukur karena aku bisa ada disini, bersama dengan seluruh orang-orang hebat yang terpilih sebagai calon penerima beasiswa dan bisa bersahabat dengan mereka. Makanya semua ini nggak akan pernah jadi sia-sia”. Aku juga sebelumnya sangat kecewa karena nggak bisa ikut SNMPTN karena nggak ada biaya, tapi ternyata Allah memberikan ganti yang lebih daripada itu. Aku jadi punya pengalaman dan nambah teman dari seluruh Indonesia. Walaupun tadinya aku takut nggak punya teman, tapi selama aku percaya Allah akan memberi kemudahan, maka terjadilah!
There can be miracles, when you believe
Though hope is frail, it’s hard to kill
Who knows what miracles, you can achieve
When you believe, somehow you will..
You will when you believe..
Mariah Carey- When you believe
1 tahun kemudian...
        Disinilah aku berdiri saat ini, di depan sebuah kampus yang akan menemaniku meniti impian selama 3 tahun kedepan, Sampoerna School of Education. Kepercayaan membuahkan hasil yang diluar perkiraan. Selama kita percaya pada Allah dan pada kemampuan kita sendiri maka segalanya akan berjalan lancar. Mimpimu bukan lagi hal yang mustahil ! kamu pun bisa menjadi seperti itu. Percayalah... ^^
~Fin~

8 Agustus 2009
Di rumah, ditemani derasnya hujan..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar